BAB I
LATAR BELAKANG
Seiring
dengan bertambahnya permintaan energi listrik tiap tahunnya. PT. PLN (Persero)
dituntut untu
k dapat memenuhi permintaan tersebut. Hal ini merupakan kendala
bagi PT. PLN (Persero) karena kondisi mesin pembangkit yang sudah tua dan
minimnya investasi pembangunan pembangkit listrik baru. Upaya yang dapat
dilakukan PT. PLN (Persero) dalam mengatasi kendala tersebut adalah dengan
pengoptimalan pengoperasian mesin pembangkit dan penggunaan bahan bakar
seefisien mungkin.
PT.
PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Keramasan memiliki
beberapa unit pembangkit, yaitu Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik
Tenaga Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dan Pusat Listrik
Tenaga Diesel (PLTD). 82.46% dari seluruh daya yang dihasilkan oleh Sektor Pembangkitan
Keramasan, di supply oleh PLTG. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengoptimalkan operasi PLTG adalah dengan mengoperasikan unit PLTG pada pola
operasi base load (beban dasar).
Untuk
mewujudkan hal tersebut, PLTG harus mempunyai kemampuan yang handal dalam
sistem operasinya. Sistem pelumasan yang terdapat dalam PLTG merupakan salah
satu penunjangnya. PLTG tidak dapat beroperasi dengan handal, jika dalam sistem
pelumasannya mengalami suatu gangguan.
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam penyusunan Telaahan Staf kali
ini penulis akan membahas tentang “Analisa Gangguan Low Lube Oil Pressure pada
Sistem Pelumasan PLTG”.
Minyak pelumas yang sesuai dalam
pengoperasian PLTG tentu haruslah memenuhi batasan-batasan dari sifat dan
indikasi minyak pelumas maupun dari segi pressure dan temperaturenya.
Menginat pentingnya
fungsi pelumasan, maka perlu di perhatikan hal-hal yang dapat mengganggu fungsi
pelumasan, seperti : temperatur kerja,tekanan kerja, dan faktor kebersihan. Selama
proses start up berjalan, pompa pelumas beroperasi terlebih dahulu untuk
menjaga agar pelumasan berjalan sempurna.
Dalam pengoperasian pun seringkali kita mendapat kendala dilapangan
terkait dengan gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan unit tidak dapat
beroperasi secara normal. Seperti kejadian bekurangnya pressure minyak pelumas.
Hal ini dapat menyebabkan kurangnya minyak pelumas untuk melumasi bagian yang
bersinggung sehingga berbahaya bagi komponen mesin yang dilumasi seperti
bearing turbin, bearing compressor, bearing generator, accessory gear, load
gear dan lain sebagainya.
Dari gejala diatas maka timbul pertanyaan Apa penyebab
tekanan minyak pelumas rendah ?. Oleh karena itu disini penulis akan membahas
lebih lanjut apa penyebab terjadinya Low
Lube Oil Pressure pada sistem pelumasan PLTG.
BAB III
PERSOALAN
Bila terjadi gangguan pada
sistem pelumasan ini maka akan mengakibatkan rusaknya material-material pada
PLTG seperti kerusakan pada bagian-bagian yang bergerak dan bergesekan serta
bersinggungan karena tidak ada minyak yang melumasi peralatan tersebut akibat
dari rendahnya tekanan minyak pelumasan. Apabila sulpai minyak pelumas tidak
ada maka unit PLTG tidak dapat dioperasikan secara normal dan akan distop, jika
unit PLTG tidak beroperasi akan mengakibatkan kerugian pada jam operasi
pembangkit.
Sehingga perlunya pemahaman
yang baik oleh operator tentang sistem pelumasan pada PLTG dengan cara
memerhatikan dan mengecek secara rutin peralatan dan komponen pelumasan sesuai
dengan SOP yang berlaku yang bertujuan agar unit dapat beroperasi secara normal
dan mencegah agar tidak terjadinya gangguan pada lube oil system pada saat
mesin sedang beroperasi maupun tidak.
BAB IV
PRA-ANGGAPAN
Low
lube Oil Pressure ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
tekanan pompa pelumas yang akan mengalirkan minyak pelumas atau rusaknya
komponen-komponen pompa, terjadi
kebocoran pipa pada aliran pelumasan dan filter yang kotor akibat penumpukan
kotoran sehingga menghambat jalannya minyak pelumas serta berkurangnya pressure
dan juga karena rendahnya level tangki minyak pelumas akibat terjadi kebocoran.
Hal ini bisa berbahaya karena tidak cukupnya pelumas yang akan melumasi
bagian-bagian yang bergerak serta bergesekan dan akan mempercepat terjadinya
keausan pada material, hal ini juga dapat mengakibatkan stopnya operasi unit
baik secara normal maupun trip.
BAB
V
FAKTA YANG MEMPENGARUHI
Sistem
Pelumasan (Lube Oil Sistem) memiliki peranan penting dalam pengoperasian Gas
Turbin. Tanpa pelumas semua komponen mesin tidak dapat beroperasi dikarenakan
tidak adanya pendingin logam dan pelapis dari gesekan yang terjadi antar
permukaan logam. Selain itu pelumas juga memiliki peranan penting dalam
pencegahan korosi, pendingin, perapat, peredam kejut dan control hidrolik,
serta
memperpanjang usia dari komponen mesin. Tentu saja setiap mesin memiliki
standarisasi atau settingan yang berbeda-beda baik dari segi alat ukurnya
(detektor) maupun material yang terpasang pada mesin tersebut. Maka akan
terjadi gangguan apabila kondisi yang terjadi tidak sesuai settingan yang telah
ditetapkan.
5.1 Detektor Suhu, Detektor Tekanan dan Detektor Level
Detektor berfunfsi untuk memonitor agar suhu, tekanan maupun
level sesuai dengan yang ditetapkan. Disamping
detektor-detektor tersebut dilengkapi juga dengan signal alarm dan peralatan trip.
Salah
satu contoh batas-batas suhu dan tekanan minyak pelumas adalah sebagai berikut
:
ü
Suhu minyak pelumas di dalam reservoir : Normal : 60-63 ºC
Maksimum : 85 ºC
ü
Suhu minyak pelumas sesudah
filter : Normal
: 43 - 46 oC
Minimum :
40 oC
Maksimum :
58 oC (trip)
ü
Tekanan minyak pelumas sebelum
filter : Normal
: 104 psi
Minimum : 70 psi
Maksimum :
115 psi
ü
Tekanan minyak pelumas sesudah
filter : Normal
: 100 psi
Minimum :
95 psi
Maksimum :
110 psi
Gambar 5.1
Detektor-detektor
5.2 Relief Valve (VR)
Relief Valve
terletak pada keluaran Main Lube Oil Pump berfungsi untuk
memproteksi pompa dari over pressure
/ tekanan lebih pompa. Ketika tekanan keluaran pompa melebihi settingan tekanannya,
maka Relief Valve akan membuka dan
mengeluarkan minyak pelumas yang bertekanan tinggi tersebut. Prinsip kerja Relief Valve sama seperti Safety Valve pada PLTU.
5.3
Pressure Regulating Valve (VPR)
Minyak pelumas hasil penyaringan Lube Oil Filters mengalir masuk melewati
Pressure Regulating Valve (VPR). VPR ini berfungsi untuk menurunkan sebelum masuk ke dalam bantalan.
VPR ini terdiri dari dua tipe, yaitu pressure reducing dan back pressure regulated.
Prinsip
kerja pressure reducing pada VPR
adalah untuk menurunkan tekanan minyak pelumas keluaran pompa, sedangkan prinsip kerja back pressure regulated adalah untuk
mengatur tekanan minyak pelumas keluaran pressure
reducing. Jika tekanan keluaran pressure
reducing terlalu besar dari settingannya, maka back pressure regulated akan
mengeluarkan tekanan lebih dan mengalirkan kembali ke pressure reducing.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1
Pengenalan Turbin Gas
Merupakan
salah satu prime mover ( penggerak mula ) yang menggerakan generator listrik,
pada pusat listrik tenaga gas ( PLTG ) energi kimia dari bahan bakar diubah
menjadi energi gas pembakaran bertekanan yang kemudian mendorong sudu-sudu
turbin hingga memutar poros turbin dan generator. Generator kemudian
mengubahnya menjadi energi listrik.
Turbin
gas adalah suatu mesin/pesawat kalori yang tergolong dalam mesin pembakaran
dalam (internal combustion engine). Disebut demikan karena yang menggerakan
adalah fluida gas yang langsung dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
di ruang bakar ( combustion chamber ). Bahan bakar yang biasa digunakan yaitu
solar, HSD, atau dapat juga menggunakan gas alam ( liquid natural gas ).
Turbin gas terdiri
atas kompresor, ruang bakar ( combustion chamber ), turbin dan generator.
Kompresor memanfaatkan udara dari luar menjadi bertekanan tinggi dan dialirkan
ke ruang bakar kemudian bahan bakar diinjeksikan melalui nozzle ke ruang bakar.
Gas hasil pembakaran dialirkan ke turbin gas dan menggerakkan rotor yang
dicouple dengan generator.
Gambar 6.1 Siklus PLTG
6.2 Prinsip Kerja PLTG
Pada turbin gas tidak ada bagian mesin
yang bergerak translasi seperti pada mesin torak, bagian yang bergerak hanya
rotasi. Bagian mesin yang bergerak rotasi disebut rotor dan yang diam ( tidak
berputar ) disebut stator.
Rotor ( kompresor / turbin) mula- mula
diputar oleh suatu penggerak mula ( diesel start ). Udara atmosfer ( setelah
melewati saringan) masuk kedalam kompresor dan tekanannya akan dinaikkan
menjadi beberapa kali tekanan atmosfir. Udara bertekanan ini dialirkan ke dalam
ruang bakar dimana pada saat itu bahan bakar berupa HSD atau Gas Fuel ( LNG )
juga dimasukkan ke dalam ruang bakar ( combustion chamber ) . Dengan
menggunakan percikan api dari busi maka campuran udara dan bahan bakar akan
menyala. Sekali menyala, maka api akan terus menyala didalam ruang bakar selama
bahan bakar tetap masuk ke dalam ruang bakar. Hasil dari pembakaran tersebut (
gas dengan tekanan tinggi dan suhu tinggi sehingga memiliki momentum/energi )
diarahkan ke nozzle melalui transition piece dan selanjutnya digunakan untuk
memutar sudu – sudu turbin, karena turbin satu poros dengan generator sehingga
generator juga ikut berputar. Putaran turbin pada FullSpeed yaitu 5100 rpm
sedangkan generator hanya 3000 rpm untuk menurukan putaran tersebut maka
digunakan load gear dan kemudian setelah
memutar turbin gas sisa tersebut dikeluarkan ke atmosfir melalui exhaust,
rata-rata gas sisa ini bertemperatur antara 500 – 1000 derajat Fahrenheit.
Bagian- bagian komponen dari PLTG WESCAN ini antara lain
sebagai berikut :
1.
Turbin ( Turbine )
2.
Kompressor ( Compressor )
3.
Ruang Bakar ( Combustion Chamber )
4.
Accessory Gear ( Gear Box )
5.
Reduction Gear ( Load Gear )
6.
Generator
Adapun fungsi masing-masing komponen
adalah sbb :
1.
Turbin
Turbin adalah bagian untuk
membangkitkan kerja mekanis poros. Tenaga potensial ( potensial energy) yang
terkandung dalam gas panas dirubah menjadi tenaga kinetis ( kinetic energy)
untuk mendapatkan tenaga mekanis yang berupa putaran poros. Turbin pada PLTG
Wescan ini terdiri dari 5 tingkat. Gas dari combustion chamber mengalir melalui
transition piece menuju ke sudu tetap turbin tingkat pertama.
2.
Compressor
Fungsi dari kompresor pada PLTG adalah
seperti pompa udara yaitu mengisap udara atmosfir dan menaikkan tekanannya,
kemudian udara yang dihasilkan dimasukkan kedalam ruang pembakaran. Kenaikkan
tekanan udara didalam kompresor ini bisa beberapa kali lipat dari tekanan udara
atmosfir. Perbandingan tekanan udara antara yang masuk kompresor dengan yang
keluar dari kompresor disebut “ compression ratio” atau disebut perbandingan
kompresi dari kompresor tersebut. Jenis kompresor yang dipergunakan adalah dari
jenis aksial. Pada PLTG Alshtom ini, kompresor
mempunyai tingkat sebanyak 15 dengan perbandingan kompresinya 4 : 1.
Tidak semua udara yang dihasilkan oleh kompresor ini dimasukkan kedalam ruang
bakar (combustion chambers).
3.
Ruang Bakar ( Combustion
Chambers)
Fungsi dari combustion ini adalah
tempat untuk pembakaran bahan bakar. Dalam combustion chamber ini bahan bakar
yang telah dikabutkan oleh nozzle dan udara atomizing bercampur dengan udara
bertekanan yang dating dari kompresor. Campuran bahan bakar dan udara ini
kemudian dibakar. Gas hasil dari pembakaran tersebut mengalir sepanjang combustion
chamber dan transition peace. Combustion chambers ini ada 6 buah yang terletak
mengelilingi turbin. Setiap combustion chambers itu dipasang busi ( spark
plug). Suhu pembakaran yang terjadi pada combustion chamber ini bisa lebih dari
1200˚c yang mana suhu itu adalah terlalu tinggi untuk material yang
digunakannya sehingga bisa memperpendek umur pemakaiannya.
4.
Accessory Gear
Oleh karena banyak peralatan yang perlu
digerakkan oleh poros turbin, maka dipasanglah susunan roda gigi tambahan yang
disebut dengan accessory gear. Accessory gear ini dipasang didekat mesin
diesel. Accessory gear ini dipakai sebagai penggerak alat- alat bantu seperti :
pompa utama minyak pelumas, pompa bahan bakar HSD dan pompa hidrolik.
5.
Load Gear
Oleh karena generator yang akan
digerakan oleh turbin mempunyai putaran 750 rpm,sedangkan putaran turbin adalah
4830 rpm maka diperlukan suatu pasangan roda gigi untuk menyesuaikan putaran
tersebut. Pasangan roda gigi ini berfungsi untuk menurunkan putaran dari 4830 rpm menjadi 750 rpm dan disebut
dengan loadgear.
6.
Generator
Generator berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik.
Generator memiliki rotor dan stator dengan adanya perpotongan medan gaya magnet
pada saat rotor generator diputar, maka dihasilkanlah listrik.
7.
Diesel Starter Engine
Diesel Starter merupakan mesin penggerak awal Turbin Gas pada saat
start. Suplai tenaga untuk memutar turbin pada start awal diperoleh dari mesin
diesel.Mesin Diesel Starter ini berbahan bakar HSD. Antara Diesel Starter
Engine dengan Compressor dihubungkan oleh Clutch,
jadi pada saat putaran Turbin mencapai lebih kurang 380 rpm, maka Clutch antara Diesel Starter Engine
dengan Compressor akan lepas.
6.3
Sistem Pelumasan (Lube Oil System)
Fungsi pelumasan adalah
untuk melumasi bagian-bagian yang berputar agar tidak terjadi gesekan langsung
dan memperpanjang usia komponen mesin.
Demikian juga pada PLTG, pelumasan
berfungsi untuk :
Ø Mencegah
keausan dari adanya gesekan langsung antara poros dan tumpuan bearing.
Ø Mengambil
panas yang ditimbulkan karena gesekan, radiasi dan lain-lain serta
mengeluarkannya melalui alat penukar panas (Heat Exchanger) yang seterusnya
didinginkan oleh udara atau air.
Ø Sebagai
Perapat, pelumas dapat
difungsikan sebagai perapat, misalnya untuk mencegah bocornya hydrogen dari poros generator ke udara luar serta juga merapatkan celah antara rumah
bantalan dan poros turbin gas agar gas panas dari turbin tidak keluar.
Ø
Sebagai Pencegah Korosi, pelumas
dapat mengurangi laju korosi, karena membentuk lapisan pelindung pada permukaan
logam (bantalan dan poros), sehingga kontak langsung antara zat penyebab korosi
dengan permukaan logam dapat dihindari atau dikurangi.
Ø Sebagai Peredam Getaran, getaran
dapat terjadi pada komponen mesin saat beroperasi, di antaranya pada roda gigi.
Lapisan minyak pelumas akan memperkecil benturan di antara permukaan roda gigi
yang saling bersinggungan, sehingga dapat meredam getaran dan mengurangi
kebisingan.
6.4 Komponen Lube Oil System
Sistem pelumasan diperlukan untuk
mensuplai minyak pelumas yang bersih dengan tekanan dan suhu tertentu kedalam
bantalan turbin, bantalan generator, bantalan compressor, bantalan load gear,
sistem control, sistem hidrolik, sistem pengaman dan lain-lain. Peralatan
sistem pelumasan utama terdiri dari :
1.
Lube Oil Reservoir, adalah tanki yang menampung sejumlah
besar minyak pelumas. Level minyak pelumas dalam reservoir harus dijaga agar
suplai minyak pelumas terpenuhi dan discharge dari pompa pelumas tidak
berkurang serta proses pelumasan dapat berjalan dengan baik.
-
Kapasitas
6600
liter
Gambar
6.2 Tangki
2.
Main Lube Oil Pump, adalah pompa minyak pelumas utama
yang diputar langsung oleh poros turbin gas melalui accesory gear. Pompa ini
mensuplai kebutuhan minyak pelumas setelah putaran generator diatas 550 rpm
dalam keadaan operasi.
Tekanan
keluar: 116 psi
Daya salur : 0,022 m³/sec
Putaran :
3600 rpm
Gambar 6.3 Pompa Utama
3.
Primary Auxilliary Lube Oil Pump, digerakkan oleh motor listrik AC.
Bekerja ketika putaran generator dibawah 550 rpm pada saat start-up maupun pada
saat stop dimana suplai minyak pelumas belum diambil oleh Main Lube Oil Pump.
Bila putaran generator sudah 550 rpm, maka secara otomatis Auxilliary Primary
Lube Oil Pump akan stop dan sebaliknya.
Tekanan
keluar: 82 psi
Daya salur : 0,019 m³/sec
Putaran : 2900 rpm
Gambar 6.4 Pompa Bantu Primer
4.
Secondary Auxilliary Lube Oil Pump, digerakkan oleh suplai motor DC dan
bekerja bila tegangan listrik AC hilang atau tekanan minyak pelumas turun
mencapai batas yang telah ditetapkan. Hasil pemompaan dari Auxilliary Secondary
Lube Oil Pump akan langsung dialirkan kedalam bantalan-bantalan tanpa melalui
Fan Cooler. Pompa DC hanya akan digunakan apabila turbin tidak dibebani serta
putarannya sangat rendah.
Tekanan keluar : 14
psi
Daya salur : 0,0095 m³/sec
Putaran : 1800 rpm
Gambar 6.5 Pompa Bantu Sekunder
5.
Fan Cooler, pendingin minyak pelumas terdiri
dari 2 buah kipas salah satunya beroperasi dan satunya lagi stand-by. Fungsinya
untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah ditampung didalam reservoir dan
akan dialirkan ke bantalan-bantalan.
Gambar 6.6 Fan cooler
6.
Lube Oil Filter, merupakan alat yang berfungsi
menyaring kotoran-kotoran baik yang menempel pada minyak pelumas. Biasanya Lube
Oil Filter terdapat pada saluran minyak pelumas sebelum melumasi
komponen-komponen.
Gambar
6.7 Filter
6.5 Prinsip Kerja Lube Oil System
Oli dari tangki dipompakan menuju
bantalan accessory gear, bantalan turbin, bantalan compressor, bantalan load
gear, serta bantalan generator dengan menggunakan pompa utama pada putaran 550
rpm yang digerakkan oleh accessory gear pada saat unit sedang operasi, apabila
unit sedang stop maka supply oli diambil alih oleh pompa ac pada putaran
dibawah 550 rpm, sebelum menuju bantalan-bantalan tersebut oli terlebih dahulu
didinginkan oleh fan cooler kemudian disaring menggunakan filter lalu kembali
lagi ke tangki dan seterusnya secara kontinu. Selama start up berjalan, pompa
pelumas beroperasi terlebih dahulu untuk menjaga agar pelumasan berjalan
sempurna.
6.6 Siklus Lube Oil System
Gambar 6.8 Siklus
Ket :
1.
Tangki Oli 7.
Accessory Gear
2.
Pompa Utama 8. Bantalan
Turbin
3.
Pompa Bantu Primer 9. Bantalan Kompressor
4.
Pompa Bantu
Seconder 10. Load Gear
5.
Pendingin (Fan) 11. Generator
6.
Saringan (Filter)
6.7 Pemurnian
Minyak Pelumas
Pada sistem pelumasan selalu terbuka kemungkinan tercemarnya pelumas oleh
kontaminasi, sehingga kondisi minyak pelumas menjadi menurun. Agar kondisinya
tetap baik sehingga masa pakainya menjadi panjang maka minyak pelumas harus
mendapat perawatan yang baik. Dengan kondisi yang tetap baik maka
akan memudahkan penyaringan sehingga tidak cepat terjadi penumpukan kotoran
pada filter yang menyebabkan berkurangnya pressure minyal pelumas.
Diantara
metode perawatan untuk pemurnian minyak pelumas yang sering dilakukan adalah
:
1. Penggantian sebagian minyak pelumas secara
periodik
Cara ini dilakukan dengan mengambil sebagian minyak pelumas (±10 %) dari
dalam sistem pelumasan lalu menggantinya dengan yang baru. Cara ini efisien
untuk mesin-mesin kecil yang menggunakan volume pelumas sedikit, tapi akan
menjadi boros untuk sistem yang besar. Cara ini juga tidak efektif untuk minyak
pelumas yang sudah teroksidasi.
2.
Filtrasi
Metoda ini
dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh minyak pelumas dari dalam sistem
pelumasan untuk selanjutnya sistem diisi minyak pelumas baru atau minyak
pelumas lama yang sudah diproses dengan menggunakan filter. Kerugian cara ini adalah mesin harus dimatikan ketika
dilakukan penggantian minyak pelumas.
Gangguan yang sering terjadi
pada sistem pelumasan diantaranya yaitu low lube oil pressure yang disebabkan
oleh berkurangnya
tekanan pompa pelumas yang akan mengalirkan minyak pelumas atau rusaknya
komponen-komponen pompa, terjadi
kebocoran pipa pada aliran pelumasan dan filter yang kotor akibat penumpukan
kotoran sehingga menghambat jalannya minyak pelumas serta berkurangnya pressure
dan juga karena rendahnya level tangki minyak pelumas akibat terjadi kebocoran.
Kerusakan komponen pompa dapat juga menjadi penyebab terjadinya low pressure
serta usia pompa yang sudah lama yang menjadi penyebab rusaknya komponen pompa.
Tersumbatnya pelumas pada saringan akibat penumpukan kotoran dan debu-debu yang
terbawa oleh pelumas setelah melumasi bantalan-bantalan juga merupakan salah
satu penyebab terjadinya low pressure. Dan kurangnya level minyak pelumas pada
reservoir juga bisa menyebabkan suplai dari pompa berkurang dan tekanan pelumas
menurun. Gangguan juga dapat terjadi akibat rusak atau tidak bekerjanya pressure regulating valve sesuai
fungsinya. Fakta yang terjadi dilapangan yaitu bocornya aliran pipa minyak
pelumas pada bagian sambungan pipa tersebut, kebocoran terjadi akibat sambungan
yang tidak rapat pada saat perbaikan atau tingginya temperature pelumas yang
melewati pipa-pipa tersebut, tingginya temperature minyak pelumas dapat
disebabkan oleh tidak bekerjanya fan pendingin minyak pelumas.
6.9 Cara mengatasi gangguan
Cara
mengatasi ialah sebagai berikut :
- Di bongkar dan dicari dimana terdapat indikasi kebocoran.
- Di cek pada bagian pipa-pipa aliran pelumasan.
- Kemudian di perbaiki baik dengan cara plug maupun diwelding pada bagian yang bocor.
- Apabila fan cooler tidak bekerja maka beban harus diturunkan perlahan.
Ø Pengoperasian
Sistem Pelumasan Pada PLTG
Sebelum menjalankan sistem pelumasan PLTG, semua katup
dan strainer, sudah dalam posisi yang
benar. Level minyak pelumas dalam Lube
Oil Reservoir cukup, dan pasok listrik untuk pompa-pompa AC atau DC power dan fan sudah tersedia. Sistem kontrol untuk
start dan stop sistem pelumasan dijalankan secara terintegrasi dalam program start dan stop unit PLTG.
Ø
Persiapan
Di dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) minyak
pelumas selain digunakan untuk pelumas bantalan turbin, bantalan generator, bantalan kompresor dan
bantalan Load Gear juga digunakan sebagai minyak hidrolik dan kontrol turbin
serta untuk perapat poros (seal) generator. Pompa pelumas terdiri lebih dari satu, tetapi
dalam kondisi normal yang beroperasi hanya satu, sedang yang lain sebagai back up.
Persiapan Sebelum Start-Up :
·
Tidak ada pekerjaan maintenance pada sistem lube
oil.
·
Temperatur lube
oil di atas level minimum temperatur.
- Level minyak pada Lube Oil Reservoir sudah cukup (normal).
- Lube Oil Filters sudah bersih dan terpasang.
- Katup masuk dan keluar pompa dalam posisi yang benar (Normally Open).
- Pompa minyak pelumas utama (Main Lube Oil Pump) dalam keadaan siap.
- Pompa minyak pelumas bantu (Primary Auxilliary Lube Oil Pump) dan pompa minyak pelumas darurat (Secondary Auxilliary Lube Oil Pump) dalam keadaan siap.
- Secondary Auxilliary Lube Oil Pump tidak operasi manual.
- Pendingin minyak pelumas (Fan Cooler) dalam keadaan siap termasuk motor penggeraknya.
- Valve drain dalam keadaan tertutup.
- Katup pengatur tekanan (Pressure Regulating Valve) dalam posisi yang benar.
·
AC dan
DC breaker untuk pompa-pompa lube
oil dan extractor fan dalam
kondisi energize.
Ø Pengoperasian
Pada saat turbin start, minyak pelumas bantalan dipasok
dengan pompa pelumas bantu dan pada saat operasi normal, dipasok dari pompa
minyak pelumas utama yang digerakkan dengan poros turbin.
Setelah persiapan sistem pelumas sudah selesai
dilaksanakan, pompa minyak pelumas bantu, pompa minyak pelumas emergensi dan
mist eliminator dapat dioperasikan dengan ketentuan di bawah ini.
- Posisikan Primary Auxilliary Lube Oil Pump, Socendary Auxilliary Lube Oil Pump dalam posisi auto.
- Periksa status pompa, apakah Primary Auxilliary Lube Oil Pump sudah dalam keadaan running. Untuk Secondary Auxilliary Lube Oil Pump dalam keadaan stand-by.
- Periksa arus motor, tekanan, temperatur dan aliran minyak pelumas.
- Start turning gear atau diesel start.
Setelah melakukan start pada
pompa, lakukan pemeriksaan pada kontrol yang terdapat pada sistem pelumasan. Yang meliputi :
·
Periksa kerja
pendinginan pelumas.
·
Periksa lampu back up
control panel.
·
Periksa
semua monitor, indicator dan instrumen pengukur dengan baik.
·
Periksa
kebocoran-kebocoran pada sistem pipa dan katup.
·
Periksa
perbedaan tekanan pada saringan minyak pelumas dan minyak.
·
Periksa
level minyak dalam tangki minyak pelumas.
·
Periksa
operasi dari fan
pendingin.
·
Perhatikan
juga suara-suara yang tidak normal oleh adanya kebocoran minyak lumas.
·
Cek
vibrasi pada pompa.
·
Perhatikan SOP sistem pelumasan.
·
Periksa buku catatan operasi dan log sheet.
·
Perhatikan tagging-taging serta catatan khusus.
·
Koordinasi dengan team operasi
Ø Stop
Ketika
PLTG akan di shut down, secara otomatis putaran turbin akan berkurang dan pada
akhirnya akan stop total. Primary Auxilliary Lube Oil Pump akan beroperasi setelah
putaran generator
dibawah
550 rpm sampai putaran turbin menjadi nol. Sesudah shut down terlaksana,
pompa Primary Auxilliary
Lube Oil Pump juga akan mensuplai
minyak pelumas masuk ke bantalan ketika ratchet
pada PLTG beroperasi.
Adapun
hal-hal yang harus operator lakukan pada saat setelah shut down, yaitu :
- Pastikan bahwa Primary Auxilliary Lube Oil Pump dalam keadaan beroperasi untuk mensuplai kebutuhan minyak pelumas. Untuk Secondary Auxilliary Lube Oil Pump dalam keadaan stand-by.
- Pastikan juga posisi breaker-breaker pompa-pompa dalam posisi auto.
- Setelah sistem berhenti maka sistem dikembalikan pada posisi standby.
BAB VII
KESIMPULAN
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari bab-bab
sebelumnya, maka dapat kita simpulkan bahwa gangguan pada sitem pelumasan PLTG disebabkan
oleh rendahnya tekanan minyak pelumas karena bocornya sambungan pada pipa
aliran pelumasan dan usia pipa yang sudah tua serta tingginya temperature
pelumas melewati pipa-pipa tersebut, ini sangat berbahaya bagi kelangsungan
pengoperasian mesin pembangkit selain dapat merusak material akibat gesekan
tanpa suplai pelumas yang cukup sehingga cepat terjadinya aus juga bisa
menyebabkan terjadinya kerusakan yang sangat fatal.
BAB VIII
TINDAKAN YANG DISARANKAN
8.1
Saran
Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
gangguan serupa, maka disarankan untuk melakukan beberapa masukan sebagai
berikut :
1. Melakukan
pengecekan secara rutin dan terjadwal terhadap komponen-komponen yang
berhubungan dengan sistem pelumasan.
2. Memperbaiki
pipa-pipa aliran pelumasan secara teratur dan kontinu supaya dapat mencegah
kebocoran.
3. Melakukan
pemurnian minyak pelumas atau mengganti minyak pelumas dengan yang baru.
4. Membersikan
filter atau mengganti filter apabila sudah kotor.
DAFTAR
PUSTAKA
Turbin
Gas model W.191.G/Electric System,2002 Suparman.Petunjuk Pengusahaan
PT. PLN (PERSERO) Pembangkitan Sumatera Bagian
Selatan Sektor Keramasan. PLTG
PT. PLN (PERSERO) Pembangkitan Sumatera Bagian
Selatan Sektor Keramasan. Leaflet Perusahaan
Buy Replacement earrings with V-Band.com on TikTok
BalasHapusBuy Replacement earrings with titanium nose rings V-Band.com titanium connecting rod on TikTok. mens black titanium wedding bands Share. Your best selling product. Your best babyliss pro nano titanium straightener selling babyliss pro nano titanium product.