Minggu, 05 Mei 2013

Lube Oil System PLTG 2 Keramasan



 BAB I
LATAR BELAKANG
Seiring dengan bertambahnya permintaan energi listrik tiap tahunnya. PT. PLN (Persero) dituntut untu
k dapat memenuhi permintaan tersebut. Hal ini merupakan kendala bagi PT. PLN (Persero) karena kondisi mesin pembangkit yang sudah tua dan minimnya investasi pembangunan pembangkit listrik baru. Upaya yang dapat dilakukan PT. PLN (Persero) dalam mengatasi kendala tersebut adalah dengan pengoptimalan pengoperasian mesin pembangkit dan penggunaan bahan bakar seefisien mungkin.
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagsel Sektor Pembangkitan Keramasan memiliki beberapa unit pembangkit, yaitu Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD). 82.46% dari seluruh daya yang dihasilkan oleh Sektor Pembangkitan Keramasan, di supply oleh PLTG. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan operasi PLTG adalah dengan mengoperasikan unit PLTG pada pola operasi base load (beban dasar). 
Untuk mewujudkan hal tersebut, PLTG harus mempunyai kemampuan yang handal dalam sistem operasinya. Sistem pelumasan yang terdapat dalam PLTG merupakan salah satu penunjangnya. PLTG tidak dapat beroperasi dengan handal, jika dalam sistem pelumasannya mengalami suatu gangguan.

BAB II
PERMASALAHAN
Dalam penyusunan Telaahan Staf kali ini penulis akan membahas tentang “Analisa Gangguan Low Lube Oil Pressure pada Sistem Pelumasan PLTG”.
Minyak pelumas yang sesuai dalam pengoperasian PLTG tentu haruslah memenuhi batasan-batasan dari sifat dan indikasi minyak pelumas maupun dari segi pressure dan temperaturenya.
Menginat pentingnya fungsi pelumasan, maka perlu di perhatikan hal-hal yang dapat mengganggu fungsi pelumasan, seperti : temperatur kerja,tekanan kerja, dan faktor kebersihan. Selama proses start up berjalan, pompa pelumas beroperasi terlebih dahulu untuk menjaga agar pelumasan berjalan sempurna.
Dalam pengoperasian pun seringkali kita mendapat kendala dilapangan terkait dengan gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan unit tidak dapat beroperasi secara normal. Seperti kejadian bekurangnya pressure minyak pelumas. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya minyak pelumas untuk melumasi bagian yang bersinggung sehingga berbahaya bagi komponen mesin yang dilumasi seperti bearing turbin, bearing compressor, bearing generator, accessory gear, load gear dan lain sebagainya.
Dari gejala diatas maka timbul pertanyaan Apa penyebab tekanan minyak pelumas rendah ?. Oleh karena itu disini penulis akan membahas lebih lanjut apa penyebab terjadinya Low Lube Oil Pressure pada sistem pelumasan PLTG.






BAB III
PERSOALAN
Bila terjadi gangguan pada sistem pelumasan ini maka akan mengakibatkan rusaknya material-material pada PLTG seperti kerusakan pada bagian-bagian yang bergerak dan bergesekan serta bersinggungan karena tidak ada minyak yang melumasi peralatan tersebut akibat dari rendahnya tekanan minyak pelumasan. Apabila sulpai minyak pelumas tidak ada maka unit PLTG tidak dapat dioperasikan secara normal dan akan distop, jika unit PLTG tidak beroperasi akan mengakibatkan kerugian pada jam operasi pembangkit.
Sehingga perlunya pemahaman yang baik oleh operator tentang sistem pelumasan pada PLTG dengan cara memerhatikan dan mengecek secara rutin peralatan dan komponen pelumasan sesuai dengan SOP yang berlaku yang bertujuan agar unit dapat beroperasi secara normal dan mencegah agar tidak terjadinya gangguan pada lube oil system pada saat mesin sedang beroperasi maupun tidak.













BAB IV
PRA-ANGGAPAN
Low lube Oil Pressure ini dapat disebabkan oleh berkurangnya tekanan pompa pelumas yang akan mengalirkan minyak pelumas atau rusaknya komponen-komponen  pompa, terjadi kebocoran pipa pada aliran pelumasan dan filter yang kotor akibat penumpukan kotoran sehingga menghambat jalannya minyak pelumas serta berkurangnya pressure dan juga karena rendahnya level tangki minyak pelumas akibat terjadi kebocoran. Hal ini bisa berbahaya karena tidak cukupnya pelumas yang akan melumasi bagian-bagian yang bergerak serta bergesekan dan akan mempercepat terjadinya keausan pada material, hal ini juga dapat mengakibatkan stopnya operasi unit baik secara normal maupun trip.












BAB V
FAKTA YANG MEMPENGARUHI
Sistem Pelumasan (Lube Oil Sistem) memiliki peranan penting dalam pengoperasian Gas Turbin. Tanpa pelumas semua komponen mesin tidak dapat beroperasi dikarenakan tidak adanya pendingin logam dan pelapis dari gesekan yang terjadi antar permukaan logam. Selain itu pelumas juga memiliki peranan penting dalam pencegahan korosi, pendingin, perapat, peredam kejut dan control hidrolik, serta memperpanjang usia dari komponen mesin. Tentu saja setiap mesin memiliki standarisasi atau settingan yang berbeda-beda baik dari segi alat ukurnya (detektor) maupun material yang terpasang pada mesin tersebut. Maka akan terjadi gangguan apabila kondisi yang terjadi tidak sesuai settingan yang telah ditetapkan.
5.1 Detektor Suhu, Detektor Tekanan dan Detektor Level
Detektor berfunfsi untuk memonitor agar suhu, tekanan maupun level  sesuai dengan yang ditetapkan. Disamping detektor-detektor tersebut dilengkapi juga dengan signal alarm dan peralatan trip.
Salah satu contoh batas-batas suhu dan tekanan minyak pelumas adalah sebagai berikut :

ü  Suhu minyak pelumas di dalam reservoir    :    Normal       : 60-63 ºC
                                                                                Maksimum :   85 ºC    
ü  Suhu minyak pelumas sesudah filter            :    Normal        : 43 - 46 oC
                                                                          Minimum     : 40 oC
                                                                          Maksimum   : 58 oC (trip)
      
ü  Tekanan minyak pelumas sebelum filter      :    Normal       : 104 psi
                                                                                Minimum    : 70 psi
                                                                                Maksimum : 115 psi                           
ü  Tekanan minyak pelumas sesudah filter      :    Normal           : 100 psi
                                                                          Minimum       : 95 psi
                                                                          Maksimum     : 110 psi
                                   
                                                                              






                
   Gambar 5.1 Detektor-detektor
 

5.2 Relief Valve (VR)
Relief Valve terletak pada keluaran Main Lube Oil Pump berfungsi untuk memproteksi pompa dari over pressure / tekanan lebih pompa. Ketika tekanan keluaran pompa melebihi settingan tekanannya, maka Relief Valve akan membuka dan mengeluarkan minyak pelumas yang bertekanan tinggi tersebut. Prinsip kerja Relief Valve sama seperti Safety Valve pada PLTU.

5.3 Pressure Regulating Valve (VPR)
 Minyak pelumas hasil penyaringan Lube Oil Filters mengalir masuk melewati Pressure Regulating Valve (VPR). VPR ini berfungsi untuk menurunkan sebelum masuk ke dalam bantalan. VPR ini terdiri dari dua tipe, yaitu pressure reducing dan back pressure regulated.
Prinsip kerja pressure reducing pada VPR adalah untuk menurunkan tekanan minyak pelumas keluaran pompa, sedangkan prinsip kerja back pressure regulated adalah untuk mengatur tekanan minyak pelumas keluaran pressure reducing. Jika tekanan keluaran pressure reducing terlalu besar dari settingannya, maka  back pressure regulated akan mengeluarkan tekanan lebih dan mengalirkan kembali ke pressure reducing.



BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengenalan Turbin Gas
            Merupakan salah satu prime mover ( penggerak mula ) yang menggerakan generator listrik, pada pusat listrik tenaga gas ( PLTG ) energi kimia dari bahan bakar diubah menjadi energi gas pembakaran bertekanan yang kemudian mendorong sudu-sudu turbin hingga memutar poros turbin dan generator. Generator kemudian mengubahnya menjadi energi listrik.
            Turbin gas adalah suatu mesin/pesawat kalori yang tergolong dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine). Disebut demikan karena yang  menggerakan  adalah fluida gas yang langsung dihasilkan dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar ( combustion chamber ). Bahan bakar yang biasa digunakan yaitu solar, HSD, atau dapat juga menggunakan gas alam ( liquid natural gas ).
            Turbin gas terdiri atas kompresor, ruang bakar ( combustion chamber ), turbin dan generator. Kompresor memanfaatkan udara dari luar menjadi bertekanan tinggi dan dialirkan ke ruang bakar kemudian bahan bakar diinjeksikan melalui nozzle ke ruang bakar. Gas hasil pembakaran dialirkan ke turbin gas dan menggerakkan rotor yang dicouple dengan generator.





Gambar 6.1 Siklus PLTG

6.2 Prinsip Kerja PLTG
Pada turbin gas tidak ada bagian mesin yang bergerak translasi seperti pada mesin torak, bagian yang bergerak hanya rotasi. Bagian mesin yang bergerak rotasi disebut rotor dan yang diam ( tidak berputar ) disebut stator.
Rotor ( kompresor / turbin) mula- mula diputar oleh suatu penggerak mula       ( diesel start ). Udara atmosfer ( setelah melewati saringan) masuk kedalam kompresor dan tekanannya akan dinaikkan menjadi beberapa kali tekanan atmosfir. Udara bertekanan ini dialirkan ke dalam ruang bakar dimana pada saat itu bahan bakar berupa HSD atau Gas Fuel ( LNG ) juga dimasukkan ke dalam ruang bakar       ( combustion chamber ) . Dengan menggunakan percikan api dari busi maka campuran udara dan bahan bakar akan menyala. Sekali menyala, maka api akan terus menyala didalam ruang bakar selama bahan bakar tetap masuk ke dalam ruang bakar. Hasil dari pembakaran tersebut ( gas dengan tekanan tinggi dan suhu tinggi sehingga memiliki momentum/energi ) diarahkan ke nozzle melalui transition piece dan selanjutnya digunakan untuk memutar sudu – sudu turbin, karena turbin satu poros dengan generator sehingga generator juga ikut berputar. Putaran turbin pada FullSpeed yaitu 5100 rpm sedangkan generator hanya 3000 rpm untuk menurukan putaran tersebut maka digunakan load gear  dan kemudian setelah memutar turbin gas sisa tersebut dikeluarkan ke atmosfir melalui exhaust, rata-rata gas sisa ini bertemperatur antara 500 – 1000 derajat Fahrenheit.
Bagian- bagian komponen dari PLTG WESCAN ini antara lain sebagai berikut :
1.      Turbin ( Turbine )
2.      Kompressor ( Compressor )
3.      Ruang Bakar ( Combustion Chamber )
4.      Accessory Gear ( Gear Box )
5.      Reduction Gear ( Load Gear )
6.      Generator
Adapun fungsi masing-masing komponen adalah sbb :
1.      Turbin
Turbin adalah bagian untuk membangkitkan kerja mekanis poros. Tenaga potensial ( potensial energy) yang terkandung dalam gas panas dirubah menjadi tenaga kinetis ( kinetic energy) untuk mendapatkan tenaga mekanis yang berupa putaran poros. Turbin pada PLTG Wescan ini terdiri dari 5 tingkat. Gas dari combustion chamber mengalir melalui transition piece menuju ke sudu tetap turbin tingkat pertama.
2.      Compressor
Fungsi dari kompresor pada PLTG adalah seperti pompa udara yaitu mengisap udara atmosfir dan menaikkan tekanannya, kemudian udara yang dihasilkan dimasukkan kedalam ruang pembakaran. Kenaikkan tekanan udara didalam kompresor ini bisa beberapa kali lipat dari tekanan udara atmosfir. Perbandingan tekanan udara antara yang masuk kompresor dengan yang keluar dari kompresor disebut “ compression ratio” atau disebut perbandingan kompresi dari kompresor tersebut. Jenis kompresor yang dipergunakan adalah dari jenis aksial. Pada PLTG Alshtom ini, kompresor  mempunyai tingkat sebanyak 15 dengan perbandingan kompresinya 4 : 1. Tidak semua udara yang dihasilkan oleh kompresor ini dimasukkan kedalam ruang bakar     (combustion chambers).
3.      Ruang Bakar ( Combustion Chambers)
Fungsi dari combustion ini adalah tempat untuk pembakaran bahan bakar. Dalam combustion chamber ini bahan bakar yang telah dikabutkan oleh nozzle dan udara atomizing bercampur dengan udara bertekanan yang dating dari kompresor. Campuran bahan bakar dan udara ini kemudian dibakar. Gas hasil dari pembakaran tersebut mengalir sepanjang combustion chamber dan transition peace. Combustion chambers ini ada 6 buah yang terletak mengelilingi turbin. Setiap combustion chambers itu dipasang busi ( spark plug). Suhu pembakaran yang terjadi pada combustion chamber ini bisa lebih dari 1200˚c yang mana suhu itu adalah terlalu tinggi untuk material yang digunakannya sehingga bisa memperpendek umur pemakaiannya.
4.      Accessory Gear
Oleh karena banyak peralatan yang perlu digerakkan oleh poros turbin, maka dipasanglah susunan roda gigi tambahan yang disebut dengan accessory gear. Accessory gear ini dipasang didekat mesin diesel. Accessory gear ini dipakai sebagai penggerak alat- alat bantu seperti : pompa utama minyak pelumas, pompa bahan bakar HSD dan pompa hidrolik.
5.      Load Gear
Oleh karena generator yang akan digerakan oleh turbin mempunyai putaran 750 rpm,sedangkan putaran turbin adalah 4830 rpm maka diperlukan suatu pasangan roda gigi untuk menyesuaikan putaran tersebut. Pasangan roda gigi ini berfungsi untuk menurunkan putaran  dari 4830 rpm menjadi 750 rpm dan disebut dengan loadgear.
6.      Generator
Generator  berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik. Generator memiliki rotor dan stator dengan adanya perpotongan medan gaya magnet pada saat rotor generator diputar, maka dihasilkanlah listrik.
7.      Diesel Starter Engine
     Diesel Starter merupakan mesin penggerak awal Turbin Gas pada saat start. Suplai tenaga untuk memutar turbin pada start awal diperoleh dari mesin diesel.Mesin Diesel Starter ini berbahan bakar HSD. Antara Diesel Starter Engine dengan Compressor dihubungkan oleh Clutch, jadi pada saat putaran Turbin mencapai lebih kurang 380 rpm, maka Clutch antara Diesel Starter Engine dengan Compressor akan lepas.







6.3 Sistem Pelumasan (Lube Oil System)
Fungsi pelumasan adalah untuk melumasi bagian-bagian yang berputar agar tidak terjadi gesekan langsung dan memperpanjang usia komponen mesin.
Demikian juga pada PLTG, pelumasan berfungsi untuk :
Ø  Mencegah keausan dari adanya gesekan langsung antara poros dan tumpuan bearing.
Ø  Mengambil panas yang ditimbulkan karena gesekan, radiasi dan lain-lain serta mengeluarkannya melalui alat penukar panas (Heat Exchanger) yang seterusnya didinginkan oleh udara atau air.
Ø  Sebagai Perapat, pelumas dapat difungsikan sebagai perapat, misalnya untuk mencegah bocornya hydrogen dari poros generator ke udara luar serta juga merapatkan celah antara rumah bantalan dan poros turbin gas agar gas panas dari turbin tidak keluar.
Ø  Sebagai Pencegah Korosi, pelumas dapat mengurangi laju korosi, karena membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam (bantalan dan poros), sehingga kontak langsung antara zat penyebab korosi dengan permukaan logam dapat dihindari atau dikurangi.
Ø  Sebagai Peredam Getaran, getaran dapat terjadi pada komponen mesin saat beroperasi, di antaranya pada roda gigi. Lapisan minyak pelumas akan memperkecil benturan di antara permukaan roda gigi yang saling bersinggungan, sehingga dapat meredam getaran dan mengurangi kebisingan.







6.4 Komponen  Lube Oil System
Sistem pelumasan diperlukan untuk mensuplai minyak pelumas yang bersih dengan tekanan dan suhu tertentu kedalam bantalan turbin, bantalan generator, bantalan compressor, bantalan load gear, sistem control, sistem hidrolik, sistem pengaman dan lain-lain. Peralatan sistem pelumasan utama terdiri dari :
1.      Lube Oil Reservoir, adalah tanki yang menampung sejumlah besar minyak pelumas. Level minyak pelumas dalam reservoir harus dijaga agar suplai minyak pelumas terpenuhi dan discharge dari pompa pelumas tidak berkurang serta proses pelumasan dapat berjalan dengan baik.
-          Kapasitas
6600 liter

                                                                                           Gambar 6.2 Tangki



2.      Main Lube Oil Pump, adalah pompa minyak pelumas utama yang diputar langsung oleh poros turbin gas melalui accesory gear. Pompa ini mensuplai kebutuhan minyak pelumas setelah putaran generator diatas 550 rpm dalam keadaan operasi.
Tekanan keluar: 116 psi
Daya salur       :  0,022 m³/sec
Putaran            :  3600 rpm

Gambar 6.3 Pompa Utama



3.      Primary Auxilliary Lube Oil Pump, digerakkan oleh motor listrik AC. Bekerja ketika putaran generator dibawah 550 rpm pada saat start-up maupun pada saat stop dimana suplai minyak pelumas belum diambil oleh Main Lube Oil Pump. Bila putaran generator sudah 550 rpm, maka secara otomatis Auxilliary Primary Lube Oil Pump akan stop dan sebaliknya.
                                                           Tekanan keluar: 82 psi
 Daya salur       :  0,019 m³/sec
      Putaran            : 2900 rpm

                                                                Gambar 6.4 Pompa Bantu Primer





4.      Secondary Auxilliary Lube Oil Pump, digerakkan oleh suplai motor DC dan bekerja bila tegangan listrik AC hilang atau tekanan minyak pelumas turun mencapai batas yang telah ditetapkan. Hasil pemompaan dari Auxilliary Secondary Lube Oil Pump akan langsung dialirkan kedalam bantalan-bantalan tanpa melalui Fan Cooler. Pompa DC hanya akan digunakan apabila turbin tidak dibebani serta putarannya sangat rendah.
Tekanan keluar   : 14 psi
Daya salur           : 0,0095 m³/sec           
Putaran               : 1800 rpm 

                        Gambar 6.5 Pompa Bantu Sekunder

5.      Fan Cooler, pendingin minyak pelumas terdiri dari 2 buah kipas salah satunya beroperasi dan satunya lagi stand-by. Fungsinya untuk mendinginkan minyak pelumas yang sudah ditampung didalam reservoir dan akan dialirkan ke bantalan-bantalan.









Gambar 6.6 Fan cooler
6.      Lube Oil Filter, merupakan alat yang berfungsi menyaring kotoran-kotoran baik yang menempel pada minyak pelumas. Biasanya Lube Oil Filter terdapat pada saluran minyak pelumas sebelum melumasi komponen-komponen.
                                                                                       Gambar 6.7 Filter

                                                                                           



                                                                                               

6.5  Prinsip Kerja Lube Oil System
Oli dari tangki dipompakan menuju bantalan accessory gear, bantalan turbin, bantalan compressor, bantalan load gear, serta bantalan generator dengan menggunakan pompa utama pada putaran 550 rpm yang digerakkan oleh accessory gear pada saat unit sedang operasi, apabila unit sedang stop maka supply oli diambil alih oleh pompa ac pada putaran dibawah 550 rpm, sebelum menuju bantalan-bantalan tersebut oli terlebih dahulu didinginkan oleh fan cooler kemudian disaring menggunakan filter lalu kembali lagi ke tangki dan seterusnya secara kontinu. Selama start up berjalan, pompa pelumas beroperasi terlebih dahulu untuk menjaga agar pelumasan berjalan sempurna.
6.6 Siklus Lube Oil System






Gambar 6.8 Siklus   
Ket :
1.      Tangki Oli                                          7. Accessory Gear      
2.      Pompa Utama                                    8. Bantalan Turbin  
3.      Pompa Bantu Primer                        9. Bantalan Kompressor      
4.      Pompa Bantu Seconder                    10. Load Gear
5.      Pendingin (Fan)                                 11. Generator
6.      Saringan (Filter)                       
6.7 Pemurnian Minyak Pelumas
Pada sistem pelumasan selalu terbuka kemungkinan tercemarnya pelumas oleh kontaminasi, sehingga kondisi minyak pelumas menjadi menurun. Agar kondisinya tetap baik sehingga masa pakainya menjadi panjang maka minyak pelumas harus mendapat perawatan yang baik. Dengan kondisi yang tetap baik maka akan memudahkan penyaringan sehingga tidak cepat terjadi penumpukan kotoran pada filter yang menyebabkan berkurangnya pressure minyal pelumas.   
Diantara metode perawatan untuk pemurnian minyak pelumas yang sering dilakukan adalah : 
      1.  Penggantian sebagian minyak pelumas secara periodik
Cara ini dilakukan dengan mengambil sebagian minyak pelumas (±10 %) dari dalam sistem pelumasan lalu menggantinya dengan yang baru. Cara ini efisien untuk mesin-mesin kecil yang menggunakan volume pelumas sedikit, tapi akan menjadi boros untuk sistem yang besar. Cara ini juga tidak efektif untuk minyak pelumas yang sudah teroksidasi.
2.  Filtrasi
Metoda ini dilakukan dengan cara mengeluarkan seluruh minyak pelumas dari dalam sistem pelumasan untuk selanjutnya sistem diisi minyak pelumas baru atau minyak pelumas lama yang sudah diproses dengan menggunakan filter. Kerugian cara ini adalah mesin harus dimatikan ketika dilakukan penggantian minyak pelumas. 
            Gangguan yang sering terjadi pada sistem pelumasan diantaranya yaitu low lube oil pressure yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan pompa pelumas yang akan mengalirkan minyak pelumas atau rusaknya komponen-komponen  pompa, terjadi kebocoran pipa pada aliran pelumasan dan filter yang kotor akibat penumpukan kotoran sehingga menghambat jalannya minyak pelumas serta berkurangnya pressure dan juga karena rendahnya level tangki minyak pelumas akibat terjadi kebocoran. Kerusakan komponen pompa dapat juga menjadi penyebab terjadinya low pressure serta usia pompa yang sudah lama yang menjadi penyebab rusaknya komponen pompa. Tersumbatnya pelumas pada saringan akibat penumpukan kotoran dan debu-debu yang terbawa oleh pelumas setelah melumasi bantalan-bantalan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya low pressure. Dan kurangnya level minyak pelumas pada reservoir juga bisa menyebabkan suplai dari pompa berkurang dan tekanan pelumas menurun. Gangguan juga dapat terjadi akibat rusak atau tidak bekerjanya pressure regulating valve sesuai fungsinya. Fakta yang terjadi dilapangan yaitu bocornya aliran pipa minyak pelumas pada bagian sambungan pipa tersebut, kebocoran terjadi akibat sambungan yang tidak rapat pada saat perbaikan atau tingginya temperature pelumas yang melewati pipa-pipa tersebut, tingginya temperature minyak pelumas dapat disebabkan oleh tidak bekerjanya fan pendingin minyak pelumas.
6.9 Cara mengatasi gangguan
Cara mengatasi ialah sebagai berikut :
  1. Di bongkar dan dicari dimana terdapat indikasi kebocoran.
  2. Di cek pada bagian pipa-pipa aliran pelumasan.
  3. Kemudian di perbaiki baik dengan cara plug maupun diwelding pada bagian yang bocor.
  4. Apabila fan cooler tidak bekerja maka beban harus diturunkan perlahan.

Ø  Pengoperasian Sistem Pelumasan Pada PLTG
Sebelum menjalankan sistem pelumasan PLTG, semua katup dan strainer, sudah dalam posisi yang benar. Level minyak pelumas dalam Lube Oil Reservoir cukup, dan pasok listrik untuk pompa-pompa AC atau DC power dan fan sudah tersedia. Sistem kontrol untuk start dan stop sistem pelumasan dijalankan secara terintegrasi dalam program start dan stop unit PLTG. 
Ø  Persiapan
Di dalam unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) minyak pelumas selain digunakan untuk pelumas bantalan turbin, bantalan generator, bantalan kompresor dan bantalan Load Gear juga digunakan sebagai minyak hidrolik dan kontrol turbin serta untuk perapat poros (seal) generator.  Pompa pelumas terdiri lebih dari satu, tetapi dalam kondisi normal yang beroperasi hanya satu, sedang yang lain sebagai back up. 
Persiapan Sebelum Start-Up :
·         Tidak ada pekerjaan maintenance pada sistem lube oil.
·         Temperatur lube oil di atas level minimum temperatur.
  • Level minyak pada Lube Oil Reservoir sudah cukup (normal). 
  • Lube Oil Filters sudah bersih dan terpasang.
  • Katup masuk dan keluar pompa dalam posisi yang benar (Normally Open). 
  • Pompa minyak pelumas utama (Main Lube Oil Pump) dalam keadaan siap.
  • Pompa minyak pelumas bantu (Primary Auxilliary Lube Oil Pump) dan pompa minyak pelumas darurat (Secondary Auxilliary Lube Oil Pump) dalam keadaan siap. 
  • Secondary Auxilliary Lube Oil Pump tidak operasi manual.
  • Pendingin minyak pelumas (Fan Cooler) dalam keadaan siap termasuk motor penggeraknya.
  • Valve drain dalam keadaan tertutup.
  • Katup pengatur tekanan (Pressure Regulating Valve) dalam posisi yang benar.
·         AC dan DC breaker untuk pompa-pompa lube oil dan extractor fan dalam kondisi energize.

Ø  Pengoperasian
Pada saat turbin start, minyak pelumas bantalan dipasok dengan pompa pelumas bantu dan pada saat operasi normal, dipasok dari pompa minyak pelumas utama yang digerakkan dengan poros turbin. 
Setelah persiapan sistem pelumas sudah selesai dilaksanakan, pompa minyak pelumas bantu, pompa minyak pelumas emergensi dan mist eliminator dapat dioperasikan dengan ketentuan di bawah ini.
  • Posisikan Primary Auxilliary Lube Oil Pump, Socendary Auxilliary Lube Oil Pump dalam posisi auto.
  • Periksa status pompa, apakah Primary Auxilliary Lube Oil Pump sudah dalam keadaan running. Untuk Secondary Auxilliary Lube Oil Pump dalam keadaan stand-by.
  • Periksa arus motor, tekanan, temperatur dan aliran minyak pelumas.
  • Start turning gear atau diesel start.
Setelah melakukan start pada pompa, lakukan pemeriksaan pada kontrol yang terdapat pada sistem pelumasan. Yang meliputi :
·         Periksa kerja pendinginan pelumas. 
·         Periksa lampu back up control panel.
·         Periksa semua monitor, indicator dan instrumen pengukur dengan baik.
·         Periksa kebocoran-kebocoran pada sistem pipa dan katup.
·         Periksa perbedaan tekanan pada saringan minyak pelumas dan minyak.
·         Periksa level minyak dalam tangki minyak pelumas.
·         Periksa operasi dari fan pendingin.
·         Perhatikan juga suara-suara yang tidak normal oleh adanya kebocoran minyak lumas.
·         Cek vibrasi pada pompa.
·         Perhatikan SOP sistem pelumasan.
·         Periksa buku catatan operasi dan log sheet.
·         Perhatikan tagging-taging serta catatan khusus.
·         Koordinasi dengan team operasi

Ø  Stop

Ketika PLTG akan di shut down, secara otomatis putaran turbin akan berkurang dan pada akhirnya akan stop total. Primary Auxilliary Lube Oil Pump akan beroperasi setelah putaran generator dibawah 550 rpm sampai putaran turbin menjadi nol. Sesudah shut down terlaksana, pompa Primary Auxilliary Lube Oil Pump juga akan mensuplai minyak pelumas masuk ke bantalan ketika ratchet pada PLTG beroperasi.
Adapun hal-hal yang harus operator lakukan pada saat setelah shut down, yaitu :
  1. Pastikan bahwa Primary Auxilliary Lube Oil Pump dalam keadaan beroperasi untuk mensuplai kebutuhan minyak pelumas. Untuk Secondary Auxilliary Lube Oil Pump dalam keadaan stand-by.
  2. Pastikan juga posisi breaker-breaker pompa-pompa dalam posisi auto.
  3. Setelah sistem  berhenti maka sistem  dikembalikan pada posisi standby.














BAB VII
KESIMPULAN
7.1    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat kita simpulkan bahwa gangguan pada sitem pelumasan PLTG disebabkan oleh rendahnya tekanan minyak pelumas karena bocornya sambungan pada pipa aliran pelumasan dan usia pipa yang sudah tua serta tingginya temperature pelumas melewati pipa-pipa tersebut, ini sangat berbahaya bagi kelangsungan pengoperasian mesin pembangkit selain dapat merusak material akibat gesekan tanpa suplai pelumas yang cukup sehingga cepat terjadinya aus juga bisa menyebabkan terjadinya kerusakan yang sangat fatal.











BAB VIII
TINDAKAN YANG DISARANKAN
8.1  Saran
Untuk mengatasi dan mencegah terjadinya gangguan serupa, maka disarankan untuk melakukan beberapa masukan sebagai berikut : 
1.      Melakukan pengecekan secara rutin dan terjadwal terhadap komponen-komponen yang berhubungan dengan sistem pelumasan.
2.      Memperbaiki pipa-pipa aliran pelumasan secara teratur dan kontinu supaya dapat mencegah kebocoran.
3.      Melakukan pemurnian minyak pelumas atau mengganti minyak pelumas dengan yang baru.
4.      Membersikan filter atau mengganti filter apabila sudah kotor.










DAFTAR PUSTAKA
Turbin Gas model W.191.G/Electric System,2002 Suparman.Petunjuk Pengusahaan
PT. PLN (PERSERO) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan Sektor Keramasan. PLTG
PT. PLN (PERSERO) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan Sektor Keramasan. Leaflet Perusahaan


1 komentar:

  1. Buy Replacement earrings with V-Band.com on TikTok
    Buy Replacement earrings with titanium nose rings V-Band.com titanium connecting rod on TikTok. mens black titanium wedding bands Share. Your best selling product. Your best babyliss pro nano titanium straightener selling babyliss pro nano titanium product.

    BalasHapus